Stadion Tridadi pernah menjadi homebase PSS Sleman di masa lalu. Kini, Stadion Tridadi banyak digunakan untuk agenda non-sepakbola. Meski begitu, kegiatan sepakbola tetap jadi kegiatan utama dari stadion yang dibangun pada era kepemimpinan Arifin Ilyan tersebut.
Setelah renovasi diresmikan pada 5 Februari 1995 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang saat itu menjabat Ketua Umum KONI DIY, Stadion Tridadi lantas menjadi rumah bagi PSS berlaga. Sejak menempati Stadion Tridadi, dapat dikatakan bahwa prestasi klub meningkat dengan pesat.
Pada saat itu, Super Elja masih berkompetisi di Divisi II. Promosi ke Divisi I pada musim 1995/96 menjadi target utama. Sayangnya, PSS terhenti di semifinal setelah kalah adu penalti dari Persewangi Banyuwangi. Klub asal Jawa Timur tersebut lolos ke Divisi I, bersama Persikota Tangerang.
Namun, peluang PSS Sleman belum tertutup. Masih ada satu cara agar klub kebanggaan warga Sleman bisa promosi, yakni menempuh babak playoff. Stadion Tridadi yang dinilai cukup representatif ditunjuk sebagai lokasi babak playoff yang mempertemukan empat tim, PSS Sleman, Persis Sorong, Persipal Palu, dan Aceh Putra.
Dalam babak playoff tersebut, PSS Sleman mampu mengeluarkan kemampuan maksimalnya. Lewat format setengah kompetisi dan berlangsung pada tanggal 4-9 Juli 1996, PSS akhirnya memastikan diri lolos ke Divisi I usai mengalahkan Aceh Putra di pertandingan terakhir.
Meski begitu, PSS di bawah kepelatihan Suwarno tak langsung bisa lolos ke Divisi Utama. Baru pada era kepelatihan Bambang Nurdjoko dan Herwin Sjahruddin, PSS mampu lolos ke Divisi Utama.
Mulai berlaga di Divisi Utama pada tahun 2000, PSS cukup melejit. Dengan perpaduan pemain lokal potensial yang dikombinasikan dengan pemain luar daerah serta pemain asing, PSS mampu mengejutkan publik sepakbola Indonesia. Pada 2003 dan 2004, PSS bahkan masuk empat besar Liga Indonesia.
Tetapi, perjalanan PSS di Tridadi, stadion dengan kapasitas 12.000 penonton itu, harus berakhir. Suporter PSS yang terus bertambah dan regulasi yang semakin ketat membuat Pemerintah Daerah (Pemda) Sleman dan manajemen PSS merasa klub butuh stadion yang lebih besar dan modern.
Dari tahun 2004 mulai dibangunlah stadion yang lebih besar dan modern di kawasan Maguwoharjo. Stadion tersebut mampu menampung sampai 35.000 penonton dengan kualitas yang lebih baik dibanding Tridadi. Stadion tersebut akhirnya rampung dan mulai digunakan pada tahun 2007, meski sempat mengalami renovasi akibat gempa 27 Mei 2006.
Walau demikian, Stadion Tridadi tetap akan selalu menjadi bagian sejarah PSS Sleman yang tak bisa dilupakan. Bangunan tua itu telah menjadi saksi bisu dari sejarah gemilang Super Elja di masa lalu.